Motto Santri :

Utlubul Ilma Minal Mahdi Ilallahdi

Minggu, 21 Juni 2009

Menipu Tuhan

Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu

mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit.

Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu

menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika

ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang

sama. Orang pertama mulai bertanya,

"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau

orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"

"Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil." jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" kata orang pertama.

"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan." kata Abu Nawas.

Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.

Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang lebih

utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan

dosa-dosa kecil?"

"Orang yang tidak mengerjakan keduanya." jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" kata orang kedua.

"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan

dari Tuhan." kata Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban

Abu Nawas.

Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama. "Manakah yang iebih

utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan

dosa-dosa kecil?"

"Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar." jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" kata orang ketiga.

"Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa

hamba itu." jawab Abu Nawas. Orang ketiga menerima aiasan Abu Nawas.

Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas.

Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.

"Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang

berbeda?"

"Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan

hati."

"Apakah tingkatan mata itu?" tanya murid Abu Nawas. "Anak kecil yang melihat

bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya

menggunakan mata." jawab Abu Nawas mengandaikan.

"Apakah tingkatan otak itu?" tanya murid Abu Nawas. "Orang pandai yang

melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia

berpengetahuan." jawab Abu Nawas.

"Lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid Abu Nawas.

"Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap

mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi

orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan

dengan KeMaha-Besaran Allah."

Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa

menghasilkan jawaban yang berbeda. la bertanya lagi.

"Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?"

"Mungkin." jawab Abu Nawas.

"Bagaimana caranya?" tanya murid Abu Nawas ingin tahu.

"Dengan merayuNya melalui pujian dan doa." kata Abu Nawas

"Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru." pinta murid Abu Nawas

"Doa itu adalah : llahi lastu HI firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli

taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi.

Sedangkan arti doa itu adalah : Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi

penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh

sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya

Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.

Tidak ada komentar: