بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Beberapa hari atau bulan yang lalu kita melihat di berbagai betapa sebagaian orang rela mati untuk membela sebuah makam yang katanya makam orang yang sholeh, bahkan kita saksikan juga betapa banyak kaum muslimin yang rela berjibaku untuk mempertahankannya bahkan hingga nyawanya pun melayang. Maka melihat peristiwa yang demikian itu hati ini menjadi miris, betapa tidak mereka rela mati hanya untuk mempertahankan makam seseorang yang belum tentu ada hubungan kekerabatan yang erat dengan mereka. Mengapa hati ini miris ? Tak lain dan tak bukan adalah karena jika makam yang digusur adalah makam orang tua mereka maka Allahu A’lam mungkin belum tentu mereka melakukan hal yang sama.
Begitulah salah satu fenomena beragama sebagian ummat islam bangsa ini, bukanlah aku ingin menjelek-jelekan bangsa sendiri akan tetapi itulah wajah cara beragama sebagian kita. Namun sebagai seorang muslim maka tatkala membaca sebuah firman Allah dalam kitabNya hati ini seolah berkata “Sungguh benar firman Allah Subahanahu wa Ta’ala”.
Tulisan ini bukanlah ingin menghakimi mereka akan tetapi untuk membuka mata kita bersama akan betapa sungguh-sungguh benar firman Allah Subahanahu wa Ta’ala. Firman Allah yang ku maksudkan adalah,
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang menjadikan auliya’ selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya”. (QS : Az Zumar [39] :3).
Dalam ayat ini Allah ‘Azza wa Jalla menyifati orang-orang yang melakukan kesyirikan dengan Allah katakan (وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ) “Dan orang-orang yang menjadikan auliya’ selain Allah”. Allah katakan bahwa mereka menjadikan sesembahan selain Allah sebagai auliya’ mereka. Jika kita lihat dari akar katanya maka auliya’ (أَوْلِيَاءَ) merupakan bentuk jama’ dari wali (الوَلِيُ) dan kata wali ini para ulama berselisih pendapat diambil dari kata apa,
diantara mereka ada yang mengatakan bahwa kata wali diambil dari kata walayah (الوَلَايَةُ) yang berarti lawan kata/antonym dari kata adawah (العَدَوَةُ) permusuhan, dan makna dasar dari kata walayah (الوَلَايَةُ) adalah kecintaan dan rasa kedekatan. Ada juga yang berpendapat bahwa wali disebut sebagai wali karena diantara bentuk walayah (الوَلَايَةُ) kecintaan adalah untuk menta’atinya yaitu mengikutinya/ittiba’ padanya. Diantara dua pendapat ini pendapat pertamalah yang dinilai Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang lebih benar yaitu, kecintaan dan rasa kedekatan[1].
Maka lihatlah saudaraku betapa sungguh benar-benar benar apa yang diberitakan Allah kepada kita, dan Allahu A’lam inilah sebab mengapa mereka rela mati demi mempertahankan kuburan wali-wali mereka yaitu karena kecintaan mereka dan rasa kedekatan mereka pada wali-wali tersebut yang mereka sangka dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Ketahuilah kaum muslimin yang semoga senantiasa diberi petunjuk oleh Allah ‘azza wa jalla bahwa inilah salah satu alasan kaum musyrikin di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang beliau dan para sahabatnya diperintahkan untuk memerangi mereka[2]. Allahul Musta’an.
Hamba yang Lemah
Aditya Budiman
sumber http://alhijroh.co.cc/aqidah/sungguh-telah-benar-firman-allah/
Sejarah Awal Tarekat dan Nama Aliran Tarekat
2 minggu yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar