Motto Santri :

Utlubul Ilma Minal Mahdi Ilallahdi

Jumat, 25 Juni 2010

Metode Al Qur'an dalam Penetapan Kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kaidah Ketujuh

Metode Al Qur’an dalam Penetapan Kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam

Kaidah ini merupakan kaidah yang sangat agung yang allloh shallallahu ‘alaihi was sallam menetapkannya dalam KitabNya dengan berbagai metode yang sehingga dengannya dapat diketahui kebenaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam secara sempurna. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam membenarkan para rasul sebelumnya, menyerukan apa yang diserukan para rasul sebelumnya. Demikian juga seluruh kebaikan yang ada pada rosul terdahulu maka hal itu terkumpul dalam diri Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam demikian juga seluruh sifat buruk dan sifat yang kurang mulia/ sifat yang naqis yang para Nabi tersucikan darinya maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah orang yang paling awal dan paling layak tersucikan dari sifat-sifat tersebut. Demikian juga Allah beritakan bahwasanya syari’at yang beliau shallallahu ‘alaihi was sallam bawa merupakan syari’at yang menghakimi syari’at terdahulu dan kitab yang Beliau bawa adalah kitab yang menghakimi kitab-kitab sebelumnya. Maka semua kebaikan dalam agama-agama dan dalam kitab-kitab terdahulu telah terkumpul dalam agama ini (islam, pent.) dan kitab ini (Al Qur’an, pent.). Bahkan agama dan kitab yang beliau bawa merupakan yang tertinggi dengan kebaikan-kebaikan dan sifat-sifat yang belum terdapat dalam kitab-kitab dan agama-agama sebelumnya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan bahwasanya Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam adalah benar-benar NabiNya dengan Allah jadikan Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam sebagai orang yang tidak bisa membaca dan menulis dan tidak pernah duduk untuk belajar kitab terdahulu dengan seorang ahli ilmu. Bahkan manusia tidaklah dikagetkan sampai datangnya Beliau dengan membawa Al Qur’an yang seandainya manusia dan jin bersatu untuk mendatangkannya dengan yang semisal, bahkan hal itu di luar kemampuan mereka walaupun mereka saling tolong menolong untuk melakukannya. Sesungguhnya hal tersebut adalah suatu hal yang mustahil jika Al Qur’an itu adalah buatan Beliau sendiri atau Beliau berani mencatut nama Allah (tanpa ada wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala pent.)atau salah sangka dengan wahyu yang datang pada Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam, Allah ‘azza wa jalla mengulang-ulang metode ini dan menampakkannya dalam Al Qur’an. Allah ‘azza wa jalla juga menetapkan kerasulan Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam dengan Beliau dapat mengabarkan kisah-kisah para Nabi yang terdahulu sebagaimana yang sebenarnya secara panjang lebar yang kabar tersebut tidak ada ada seorangpun yang meragukannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan bahwasanya tiada cara bagi Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam untuk mendapatkan berita tersebut kecuali wahyu dari Allah ‘azza wa jalla sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menyebutkan kisah Nabi Musa ‘Alahis Salam secara panjang lebar,

وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا وَلَكِنْ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa, dan tiada pula kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan”. ( Al Qoshosh [28]: 44).

Demikian juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ

“Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa”. (Ali Imron [3] : 44).

Demikian juga ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan kisah Nabi Yusuf dan Saudaranya secara panjang lebar, Allah ‘azza wa jalla berfirman,

ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُونَ

“Demikian itu (adalah) di antara berita-berita yang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya”. (Yusuf [12] : 102).

Maka hal ini merupakan perkara-perkara, berita-berita yang terperinci yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakannya secara terperinci yang tidaklah mungkin ahlul kitab pada zamannya dan setelahnya untuk mendustakannya. Dan hal ini tidaklah ada pertentangan bahwa hal ini merupakan bukti terbesar bahwasanya Beliau shallallahu ‘alaihi was sallam adalah benar-benar utusan Allah ‘azza wa jalla.
selengakapnya silakan buka link berikut
http://alhijroh.co.cc/aqidah/kaidah-ketujuh-metode-al-quran-dalam-penetapan-kenabian-muhammad-shallallahu-‘alaihi-was-sallam/

Tidak ada komentar: